Pipa Petrokimia Meledak, Warga Permisan Protes


korbanlumpur.info – Sabtu (09/27) pukul 04.00 WIB dini hari, warga Desa Permisan, Kecamatan Jabon, dikejutkan sebuah ledakan keras. Ledakan tersebut membuat warga panik. Suara ledakan semacam itu mengingatkan warga pada ledakan pipa gas Pertamina pada 22 November 2006, yang menyebabkan sedikitnya 14 orang tewas, dan tanggul penahan lumpur jebol. Warga Permisan kian heboh begitu menyadari sumber ledakan berasal dari pipa yang dipasang oleh PT Petrokimia.

M. Basri, Ketua RT 06 / RW 02, menyatakan ledakan itu terdengar hingga ujung Desa Permisan yang bisa mencapai jarak 3 kilometer. “Kencang sekali ledakannya. Sampai semua warga datang ke sini. Warga ini masih trauma dengan lumpur. Eh, sekarang ada ledakan begini.”

Pemasangan pipa ini sendiri juga diwarnai pro dan kontra. Warga merasa sosialisasi yang didapatkan kurang memadai. Mereka resah dengan keberadaan pipa tersebut. Apalagi belum ada jaminan keamanan yang didapat dari proyek pemasangan pipa itu. “Belum ada sosialisasi apa-apa tentang kegiatan hari ini,” sambung Basri.

Ketika mendatangi lokasi ledakan, warga menyaksikan pipa yang meledak itu mengeluarkan semburan air dan asap pekat. Warga langsung berusaha mendapatkan keterangan dan juga pertanggungjawaban pihak Petrokimia. Para pekerja yang ada di tempat kejadian hanya memberi keterangan, pipa sedang dalam proses pembersihan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut.

Warga langsung meminta para pekerja menghentikan proses pembersihan pipa tersebut dan memanggil pihak Petrokimia yang berwenang guna memberi penjelasan dan pertanggungjawaban. Seratusan lebih warga akhirnya menutup wilayah pengerjaan yang baru saja meledak itu. “Kami akan tutup tempat ini sampai ada kejelasan dari pihak Petrokimia,” tandas Basri.

Pada pukul 12.00 WIB, warga Desa Permisan dipertemukan dengan pihak Petrokimia. Bertempat di Balai Desa Permisan, pihak Petrokimia yang diwakili Suaji dan pelaksana proyek PT Lagawico yang diwakili Oyek, dengan dimediasi Kepala Desa Suwarno Ichsan dan Kapolsek jabon AKP Satuji, menemui warga.

Dalam pertemuan itu, perwakilan PT Lagawico menyatakan meminta maaf atas kejadian ledakan tersebut. “Atas nama perusahaan kami mohon maaf. Ledakan itu terjadi karena tekanan yang diberikan untuk proses pembersihan pipa tersumbat kotoran. Kami jamin itu tidak berbahaya.”

Perwakilan Petrokimia menyatakan hal senada. Proses pembersihan pipa memang bisa menghasilkan ledakan, kata Suaji. Namun Suaji juga mengakui kesalahan karena ledakan itu terjadi waktu dinihari, sehingga bunyi ledakannya sangat mengejutkan warga.

Tidak puas dengan jawaban tersebut, warga yang didominasi ibu-ibu mulai meneriaki perwakilan perusahaan dan merangsek maju, tapi sama sekali tidak ada aksi kekerasan. Iwan, salah satu perwakilan warga menuntut agar pihak perusahaan menghargai kondisi trauma warga karena ledakan yang terjadi. Apalagi wilayah desa Permisan tidak jauh dari lokasi semburan Lapindo. Perusahaan mestinya mengkaji dengan seksama dan mendalam sebelum bertindak.

”Ini baru pembersihan kotoran pihak perusahaan sudah ceroboh. Bagaimana nanti kalau sudah dilewati gas? Ini soal keselamatan jiwa. Tolong itu diperhatikan!” tegas Iwan. Pernyataan ini langsung disambut teriakan kesetujuan warga. Warga mempertanyakan, kenapa harus terjadi ledakan pada waktu subuh.

Penjelasan saja tidak cukup. Warga juga menuntut ada jaminan keamanan dalam pelaksanaan proyek pemasangan pipa. Selain itu, harus juga kompensasi atas masalah ledakan pipa sebesar 400 ribu rupiah per kepala.

Pihak Petrokimia tidak bisa memberi jawaban atas tuntutan ini dan hanya berjanji untuk mendatangkan perwakilan yang lebih punya wewenang untuk itu. Pertemuan lanjutan itu direncanakan dilaksanakan Senin (29/09) pukul 13.00.

Karena belum ada hasil yang memuaskan, warga menyatakan akan menyita aset Petrokimia dan Lagawico yang ada di desa Permisan sampai tercapai kesepakatan tentang kompensasi warga dan jaminan keselamatan. Setelah pertemuan, warga bubar dan kembali ke lokasi ledakan. Mereka lalu menyelubungi peralatan yang ada di sana dengan kain putih bertuliskan: “DISITA WARGA, HARGA PATEN”. [re]


Translate »