Semburan Gas Baru Menambah Kecemasan Warga Sidoarjo


Semburan gas itu pertama kali ditemukan Ikhwan (45), warga Desa Siring, Senin (18/5) kemarin sekitar pukul 19.30. Awalnya, ia curiga dengan bau gas yang keluar dari sebuah sumur bor milik salah satu warga. Ikhwan lantas melaporkan temuannya itu ke Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS).

Kepala Divisi Gas BPLS Dodie Irmawan yang meninjau langsung ke lokasi mengatakan, semburan gas tersebut mengandung hidrokarbon dan metana. Setelah diukur dengan alat multigas detector, kadar low explossion limit (LEL/batas rendah ledakan) semburan tersebut lebih dari 100 persen. Artinya, tingkat keterbakarannya tinggi atau mudah terbakar.

“Semburan ini mudah terbakar bila terkena api atau bahkan puntung rokok yang masih menyala. Tindakan kami untuk mengamankan semburan ini adalah dengan memasang pipa pengaman yang diarahkan ke udara bebas,” kata Dodie, Selasa (19/5) di Sidoarjo.

Meningkatnya jumlah semburan gas semakin menambah kecemasan warga di Desa Siring. Menurut Ikhwan, warga sangat berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan terhadap fenomena meningkatnya jumlah semburan gas di luar peta terdampak. Selama ini, warga senantiasa cemas dan tidak tahu harus berbuat apa.

“Kami hanya mendengar bila ada rencana relokasi terhadap wilayah kami yang sudah tidak layak huni. Namun, sampai hari ini sama sekali belum ada realisasi dari pemerintah. Kami juga tidak mau tinggal di wilayah yang dikelilingi semburan gas,” kata Ikhwan.

Selama Mei 2009, muncul 13 titik semburan baru di Desa Siring, Desa Wunut dan Desa Jatirejo, di Kecamatan Porong; serta Desa Pejarakan, di Kecamatan Jabon. Bertambahnya jumlah semburan gas tersebut disebabkan meningkatnya tekanan di bawah permukaan tanah akibat beban penumpukan lumpur di tanggul kolam penampungan lumpur. Sejak Oktober 2008, semburan lumpur tidak dialirkan ke Sungai Porong. apo/kcm


Translate »