Sebelum Menjadi Kedung


Barangkali sebentar lagi, mereka hanya akan menyimpan rumah-rumah itu dalam laci ingatan. Belasan warga Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, masih memilih bertahan di tempat tinggal mereka, persis di sisi utara tanggul lumpur Lapindo. Lumpur beracun yang bercampur air hujan perlahan menggenangi hunian mereka.

BPLS berkali-kali mengatakan perlunya kolam penampung (pond) baru. Belasan rumah warga Kedungbendo itu sebentar lagi akan benar-benar menjadi kedung (kolam). Warga menolak pergi. Mereka belum punya rumah baru di tempat lain. Pembayaran Lapindo atas tanah dan bangunan mereka dilakukan dengan cara cicilan, dan selalu terlambat. Basis ekonomi yang hancur membuat warga menghabiskan uang itu untuk biaya hidup sehari-hari.

Tidak saja pelunasan aset tersendat, sejumlah warga malah belum menerima sisa pembayaran 80 persen sama sekali. Entah sudah berapa puluh kali aksi-aksi demonstrasi dilakukan, entah berapa belas kali ngluruk ke pusat-pusat kekuasaan di Jakarta. Namun kekuasaan yang pongah lebih memilih cari aman ketimbang menentang kezaliman—yang bakal diwarisi bocah-bocah yang menatap suram masa depan. (fahmi)

 


Translate »