Sulit Melupakan Desa Asal


SIDOARJO – Puluhan korban lumpur Lapindo masih sering mengunjungi desa asal mereka. Hal ini mereka lakukan bukan semata hanya untuk mengais rejeki, tapi lebih untuk bisa bertatap muka dengan tetangga dan sanak saudara mereka di kampung dulu.

Mereka berangkat dari tempat tinggal mereka di pagi hari dan pulang menjelang malam. Menurut Amir (27 tahun), salah satu warga, ia dan korban Lapindo yang lain menyediakan jasa ojek kepada para pengunjung yang naik ke atas tanggul dan berjualan kaset dokumentasi lumpur Lapindo. Tidak hanya itu, warga yang kebanyakan masih mengontrak ini juga memarkir atau menyeberangkan kendaraan.

“Saya mengojek dan berjualan kaset di tanggul lumpur sudah dua tahun terakhir dan hasilnya tidak seberapa. Saya hanya selalu ingin melihat desa kelahiran saya, dan bercanda dengan teman serta tetangga yang senasib dengan saya,” kata warga asal Desa Jatirejo itu.

Kebanyakan warga yang mengojek dan berjualan kaset tinggal di sekitar Kecamatan Porong, bahkan ada beberapa warga yang tinggal di wilayah Kabupaten Pasuruan. Walaupun demikian, mereka masih tetap menjalani aktivitas tersebut walau kadang pulang tak membawa hasil.

Menurut Amir, tujuan warga tidak semata-mata untuk mencari uang, tapi bersosialisasi dengan teman sekampung. Udara sekitar yang tak sehat tidak pernah dihiraukan warga.

“Saya tahu kalau udara di sini berbahaya. Tapi saya tidak tahu kenapa saya dan teman-teman saya betah berlama-lama di sini bahkan saat panas sekalipun,” tambah Amir sambil tersenyum.

Pernyataan Amir diperkuat oleh Widodo (23 tahun), warga asal Desa Siring yang menjadi tukang parkir di sekitar tanggul. Tujuan utama warga adalah menjaga tali silaturahmi dengan teman lama dan mengais rejeki adalah yang kedua.

“Rasanya berbeda bercanda dengan teman di desa tempat tinggal saya sekarang. Ada rasa tersendiri saat bertemu teman dari kecil walau tempatnya di tanggul yang panas dan berdebu,” kata Widodo. (fahmi)

(c) Kanal News Room 


Translate »