Perbaikan Jalan Raya Porong Lamban, Ekonomi Tersendat


Menurut Badan Pelaksana Penangulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), peninggian Jalan Raya Porong dilakukan lantaran kondisi jalan mengalami penurunan tanah (land subsidence), yang menyebabkan permukaan jalan tidak rata dan penuh lubang. BPLS mencatat, Jalan Raya Porong mengalami penurunan sekitar 90 centimeter sejak 2008.

“Penurunan tanah yang terjadi di Jalan Raya Porong ini sudah mencapai 90 centimeter sejak tahun 2008. Jadi, langkah yang kita tempuh adalah meninggikan jalan sampai satu meter untuk mengurangi resiko yang tidak diinginkan,” ucap Ahmad Khusairi, Wakil Humas BPLS, saat memantau Jalan Raya Porong, Kamis (1/7).

Banyak pengguna jalan dirugikan akibat lambannya perbaikan Jalan Raya Porong ini. Abdul Rochim (48), sopir angkutan yang tinggal di Desa Tebel, Sidoarjo, merasakan penghasilannya menurun tajam. Dulu, sebelum luapan lumpur Lapindo, Rochim bisa membawa pulang uang sekitar 50.000-75.000 per hari. Setelah lumpur panas Lapindo menenggelamkan ruas tol Surabaya-Gempol dan mengalihkan semua kendaraan melewati Jalan Raya Porong, penghasilan pria yang dulu pernah tinggal di Desa Jatirejo, Porong, tinggal 30.000 – 40.000 per hari.

Lantas, sejak proyek peninggian Jalan Raya Porong sekitar dua minggu terakhir ini, penghasilan Rochim merosot lagi hingga cuma 20.000 – 30.000 per hari. “Dan harus dibagi dua dengan kernet saya,” ujar pria kurus ini, Sabtu (3/7).  Kadang, lanjutnya, ia sama sekali tidak membawa pulang uang sepeser pun, karena uang yang didapatkan tidak terlalu besar, dan selalu habis untuk beli bahan bakar. Akhirnya Rochim menyiasati dengan membatasi trayeknya. Ia tidak lagi melewati Jalan Raya Porong, tapi hanya sampai Ketapang lalu kembali ke Surabaya lagi. 

Selain itu, para pedagang juga mengeluhkan kerugian serupa. Warung nasi yang berada di sekitar jalan raya sekarang tampak sepi. Mariati, pemilik warung yang dilanggani para sopir, kini tidak bisa berdagang karena proses perbaikan jalan masih berlangsung. Warung milik Mariati berada di sisi barat Jalan Raya Porong, persisnya di Siring.

“Sejak jalan raya ditinggikan, saya tidak bisa berdagang lagi. Sopir-sopir sekarang tidak ada yang mampir ke warung saya. Debu yang ditimbulkan dari pengurukan jalan raya membuat para sopir enggak mempir,” tutur Mariati, Sabtu (3/7)

Mariati tidak tahu kapan perbaikan jalan ini selesai dilaksanakan. Dan kalaupun selesai, Mariati ragu apakah masih boleh berdagang di tempat semula, karena sekarang tempatnya sudah dibongkar dan ikut ditinggikan. “Saya sudah sepuluh hari lebih tidak berjualan, dan tidak tahu kapan berjualan lagi. Saya masih ragu apakah bisa berjualan di situ lagi jika jalan yang diperbaiki sudah selesai,” ujarnya. (vik)

(c) Kanal News Room


Translate »