Satu Cukup, Tiga Kurang


Sidoarjo – Dibantu istri dan anak pertamanya, Damin Rodi (39), tampak semangat membuat adonan mie ayam di dapur rumahnya di Mindi, Porong, Sidoarjo. Tubuhnya yang tambun dan berkulit putih itu penuh keringat, anak istrinya juga.

“Sebelum ada Lapindo cuma saya yang bikin adonan mie. Setelah ada Lapindo saya mengajak anak istri saya karena kini kami punya tiga warung mie ayam,” Kata Damin di tengah kesibukannya.

Dulu, kata Damin, satu warungnya di kompleks pertokoan Porong punya banyak pelanggan, terutama orang yang tiap hari beraktifitas di pertokoan tersebut.

Kini Porong akrab dengan macet dan debu. Orang jadi malas belanja di Porong. Pelanggan-pelanggan Damin perlahan meninggalkannya. Warung menjadi sepi dan Damin merugi. “Saya sempat bertahan tapi selalu merugi”. Kata pria dua anak itu.

“Jelas karena lumpur Lapindo.” Kata Damin ketika ditanya apa penyebab kerugian itu.

Di saat kondisi yang kian sulit, Damin memutuskan membeli dua gerobak lagi untuk menambah penghasilan. Ironisnya, tiga warung mie ayam yang ia miliki kini tak banyak memberi perubahan ekonomi keluarga.

“Waktu, tenaga  dan pikiran kami banyak terkuras untuk tiga warung, tapi tak seimbang dengan penghasilan yang kami dapat.” Tambahnya.

Damin tak mau larut dalam kesedihan. Ia akan tetap berjualan mie ayam selama ia mampu melakukannya. Dua gerobak tambahan yang dibelinya terbukti tak mampu menahan dampak lumpur Lapindo.

Berapa warung mie ayam yang sebenarnya dibutuhkan Damin dan keluarga untuk mengembalikan perekonomian keluarga? (fahmi)

(c) Kanal News Room


Translate »