Hanya 100 Meter dari Tanggul, Tapi Tak Dapat Ganti Rugi


Sidoarjo – Tim safari untuk mencari pemimpin sejati dan menghentikan pemerintahan citra dibawa warga ke sejumlah titik yang rusak oleh semburan lumpur Lapindo di Desa Siring Barat, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu siang (28/8).

Dari empat titik semburan lumpur, dapat dilihat tipologi semburan yang berbeda. Di titik pertama, luapannya tidak terlalu besar dan air yang keluar bersama lumpur berwarna bening. Tetapi tapi kalau sudah mengalir ke selokan akan terlihat perbedaan air dan minyak.

Di titik kedua, luapan air berdiameter besar dan keruh. Sementara di titik ketiga, luapan air kecil namun airnya berwarna begitu bening. Tetapi di titik ini, kandungan belerang disebutkan cukup tinggi dan baunya pun menyengat.

Adapun titik terakhir yang dikunjungi tim yang dipimpin Ray Rangkuti Cs ini baru bocor pekan lalu.

Di keempat titik ini air yang meluap pada tahun 2007 sempat dihentikan dengan beton. Tetapi lama kelamaan, beton pun tak sanggup lagi menahannya, sehingga luapan kembali terjadi.

Seorang warga korban bernama Hadi Liantipo sempat memanjatkan doa agar semua masalah yang dihadapi warga dapat segera selesai ditangani. Hadi tak tahu pasti bagaimana cara mengakhiri bencana ini. Sebagai orang kecil, hanya doa yang dipanjatkannya. Bila pihak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mau lagi mendengar derita korban, Tuhan Yang Maha Kuasa pastilah masih bersedia.

Selain keempat titik luapan tersebut, tim yang juga diperkuat oleh aktivis dari Komite Anti Utang (KAU) Dani Setiawan dan aktivis Walhi itu mengunjungi bekas persawahan seluas 28 hektar yang terendam lumpur di Desa Besuki. Ke-28 hektar persawahan ini tadinya dimiliki 100 warga Besuki.

Cak Irsad, salah seorang warga, mengatakan dia memiliki sawah seluas 2.000 meter persegi. Tetapi sekarang dia tidak tahu lagi yang mana bekas sawah miliknya.

“Saya pernah mencoba menanam padi di tempat ini. Tapi tidak tumbuh. Lumpurnya saja setebal dua jengkal, Mas,” katanya kepada Rakyat Merdeka Online.

Warga di Desa Siring Barat dan Desa Besuki mengaku belum mendapatkan ganti rugi. Setiap kali menanyakan soal itu kepada pihak Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), mereka mendapat jawaban yang itu-itu juga: desa mereka tidak termasuk di dalam peta dampak lumpur.

Padahal, posisi desa mereka benar-benar di samping tanggul.

Wajar bila kemudian warga mempertanyakan Inpres tentang penmyelesaian korban lumpur yang mengatakan bahwa semua korban yang berada hingga radius lima kilometer akan mendapatkan ganti rugi.

“Ini deket kok, Mas. Cuma 100an meter dari tanggul.” ujar Hadilianto Masygul. [guh]

 

(c) rakyatmerdeka.co.id


Translate »