Semburan Gas Tak Terbendung, Warga Jatirejo Cemas


SIDOARJO—Warga Desa Jatirejo Barat, Porong, kembali dicemaskan oleh semburan air bercampur gas. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) tak berhasil menangani semburan yang awalnya muncul pada 19 Agustus lalu itu di belakang kompleks Panti Asuhan Nurul Azhar. Upaya memisahkan air dan gas metan berkadar LEL (low explosive limit) 62 persen dengan cara membuang gas ke udara lewat pipa, sedangkan air dialirkan ke sungai, gagal.

Sejak Senin malam (6/9), air tidak bisa dibendung, dan menyembur setinggi 20 meter. Air juga mengalir ke pipa yang dirancang untuk pembuangan gas metan. Semburan air akhirnya menggenangi makam Desa Jatirejo, yang terletak persis di belakang kompleks panti asuhan. Sumono, salah satu penjaga makam, mengatakan bahwa air yang keluar dari kompleks panti asuhan tidak hanya menggenangi makam Desa Jatirejo, tapi juga membuat banyak makam ambles.

Kegiatan di panti asuhan pun terganggu sejak semburan air dan gas itu muncul. Sedikitnya ada sekitar lima penghuni panti asuhan yang didirikan almarhum Ustadz Abdurrahim Nur, tokoh Muhammadiyah Jatim, itu keluar karena takut. “Seminggu setelah ada semburan, lima santri keluar karena takut,” ungkap Zunaidi, salah satu penghuni panti asuhan. Awalnya, sebelum ada semburan air dan gas, jumlah penghuni panti asuhan ini dua puluh lima, dan sekarang tersisa duapuluh orang.

Tidak hanya itu, selama Ramadhan kegiatan di panti asuhan yang dipimpin M Masrukh juga terganggu. “Sejak semburan menyembur, jamaah shalat tarawih mulai merosot. Banyak para jamaah yang mengeluhkan bau gas yang muncul dari semburan,” kata M Masrukh setelah mengimami sholat zhuhur di Masjid Nurul Azhar yang letaknya tidak jauh dari titik semburan, Selasa (7/9).

“Kami berharap pihak pemerintah bisa menutup semburan yang muncul di kompleks kami, agar kami bisa melaksanakan kegiatan lagi,” lanjut Ketua Yayasan Panti Asuhan Nurul Azhar ini. (vik)

(c) Kanal Newsroom


Translate »