Sempat Terbakar, Gas Liar Mencemaskan Warga Tiga Desa


SIDOARJO – Lumpur Lapindo tak berhenti menyebarkan kecemasan warga yang kian meningkat selama sepekan terakhir. Belasan gas liar bermunculan di tiga desa, yakni Desa Besuki Timur, Desa Pejarakan, Kecamatan Jabon, dan Desa Mindi, Kecamatan Porong. Semburan gas liar bahkan sempat menyebabkan kebakaran, Rabu pagi (29/9/2010).

Setelah muncul di dekat warung Desa Besuki Timur, di dalam rumah Desa Mindi, dan di pelataran sekolah Desa Pejarakan, gas liar bercampur lumpur menyembur di rumah warga di Desa Pejarakan, Rabu pagi (19/9/2010). Dewi Habibah, pemilik rumah, mengetahui adanya semburan di dalam rumahnya pada 09.00. Dewi tidak mengira kalau air itu disebabkan Lapindo.

“Saya kira air yang keluar dari rumah saya itu berasal dari kamar mandi,” tutur Dewi. “Setelah saya cek, air seperti lumpur keluar dari kamar saya.”

Dewi pun panik. Ia berteriak meminta bantuan warga di sekitar. Warga yang kebetulan berada di sekitar lokasi spontan berdatangan. Mereka membantu mengeluarkan perabotan milik Dewi. Dewi mengungsikan perabotan miliknya dan barang dagangannya ke rumah kerabatnya di Desa Sawahan, Porong.

Seteleh kejadian itu, Dewi berencana akan mengungsi. “Kami sementara akan mengungsi dulu ke rumah saudara, dan cari rumah kontrakan sampai kita bisa membeli rumah kembali,” kata Dewi sembari sibuk mengeluarkan barang dagangannya.

Desa Pejarakan, tempat Dewi tinggal, termasuk dikategorikan Peta Area Terdampak oleh pemerintah melalui Perpres 48/2008. Pembelian aset dengan dana dari APBN sudah dibayarkan 50 persen. Namun, Dewi dan keluarga masih belum bisa membangun rumah. Lagi pula, pembayaran 50 persen yang diterima Dewi hanya untuk bangunan, sedangkan tanah belum dibayarkan karena dianggap masih dalam sengketa.

Pada hari yang sama, semburan gas juga muncul sekitar 100 meter arah barat rumah Dewi. Puluhan titik semburan gas menyembur di belakang rumah yang ditempati sekretariat Posko Keselamatan Korban Lumpur Lapindo, RT 13 RW 2, Desa Mindi. Bahkan, gas liar tersebut sempat menyebabkan kebakaran pada 09.30. Koordinator Posko, Bambang Catur Nusantara, menuturkan gelembung gas sudah bermunculan belakangan ini.

“Sejak Sabtu kemarin (25/9/2010) sudah muncul. Dan sekarang kira-kira sudah 50 titik lebih gas liar yang muncul,” ujar Catur.

Penghuni Posko segera mencoba memadamkan api dibantu warga setempat. Upaya pemadaman gagal, dan beberapa waktu kemudian pihak BPLS tiba di lokasi setelah dihubungi lewat telepon. Upaya pemadaman dilakukan dengan alat pemadam kebakaran ringan (APAR), namun masih tidak mampu memadamkan api. Zat kimia dan air kemudian disemprotkan ke titik-titik api. Setengah jam kemudian, api baru bisa dipadamkan.

Gas yang terbakar mengandung gas methan yang mudah terbakar, kadarnya mencapai sekitar 34 % atau Low Explosive Limit (LEL). Sumur yang berada di dapur Posko juga mengeluarkan gas methan, yang kandunganya mencapai 20%.  Petugas BPLS hanya menyarakan agar penghuni tidak menyalakan api di dekat sumur, selain harus memberikan sirkulasi agar gas methan bisa keluar, tidak terperangkap di dalam. Gas liar juga sudah bermunculan persis di sebelah barat Posko.

Selain memeriksa dan memberi saran, BPLS tidak memberikan penanganan secara serius. Bahkan bekas semburan yang terbakar tidak diberi tanda bahaya, BPLS hanya memasang tali pembatas semacam police line . Catur menyayangkan tindakan petugas BPLS yang dinilai lamban. “Seharusnya BPLS proaktif dalam penanganan bubble yang bermunculan akhir-akhir ini. Tidak hanya menangani sembuaran yang besar, akan tetapi semburan kecil yang mengandung gas methan yang mudah terbakar juga harus diperhatikan, agar tidak jatuh korban lagi seperti warga Siring,” ujar Catur.  (vik)

(c) Kanal Newsroom


Translate »