Purwaningsih Menagih Janji


Sidoarjo –  Dua warga Siring Barat yang menjadi korban gas metan pada Sebtember 2010 silam sampai kini kondisinya masih memperhatinkan. Purwaningsih salah satu korban, kedua kakinya masih terbungkus perban akibat luka bakar, sedangkan anaknya Devi Purbawiyanto kondisinya sudah sembuh tapi masih nampak bekas luka bakar di kedua tangan dan kakinya.

Kini sudah delapan bulan berlalu, Purwaningsih masih belum bisa melupakan saat – saat dirinya digulung api di tempat tinggalnya di Siring Barat. Saat kejadian, dirinya dan anaknya sedang melihat televisi di warung miliknya yang letaknya tidak jauh dari semburan gas dan air lumpur di belakang rumah Okki Andrianto. Tiba – tiba saja api langsung masuk dari luar dan membakar dirinya dan anaknya Devi

Saat dirawat  di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sidoarjo Devi telah dirawat selama 35 hari dan menjalani pencucian luka sebanyak tiga kali, sedang Purwaningsih menjalani pencucian luka sebanyak lima kali dan harus tinggal di RSUD selama 53 hari. Disaat kondisi Purwaningsih dan anaknya belum sembuh benar, pihak rumah sakit mendadak menyarankan mereka untuk pulang. “Saat di rumah sakit saya disarankan pulang padahal kondisi saya masih belum sembuh, saat itu saya minta jangan pulangkan dulu, tapi pihak rumah sakit memaksa memulangkan saya dan anak saya” ujar Purwaningsih menceritakan saat mereka dirawat di rumah sakit.

Sehari setelah dipulangkan dari rumah sakit, kondisi Purwaningsih semakin memburuk, akhirnya dirinya harus di larikan ke Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya, di RKZ dirinya di bantu Jemaat gerejanya untuk biaya berobat, sebulan di RKZ dan menjalani operasi sebanyak tiga kali, dirinya terpaksa pulang karena tidak punya biaya lagi, selama di RKZ biaya pengobatanya mencapai 60 Juta lebih, keluarganya terpaksa menggadaikan rumahnya yang ada di Siring Barat seharga 50 Juta. “Saya di RKZ biaya sendiri, rumah saya, terpaksa saya gadaikan, dan dari hasil sumbangan teman Jemaat untuk menutupi biaya perawatan saya” cerita Purwaningsih.

Penderitaan Purwaningsih tidak berhenti sampai disini, dirinya harus menjalani rawat jalan dua minggu sekali, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan saat melakukan rawat jalan. Sekali Rawat Jalan, Purwaningsih harus mengeluarkan biaya sebesar 500 – 700 ribu, jumlah uang yang sangat besar bagi keluarga Purwaningsih  karena suaminya tidak berkerja lagi setelah usaha toko sembakonya pailit pada 2007 silam.

Yang semakin memedihkan lagi adalah ketika Purwaningsih mengingat saat Saifullah Yusuf wakil Gubernur  disertai Asisten Kesejahteraan Masyarakat Pemprov Jatim, Edy Purwinarto, Dirut RSU Dr Soetomo, Slamet R Yuwono dan Kepala Dinkes Jatim, Pawik Supriadi menjenguk dirinya di RSUD Sidoarjo, dan menjanjikan akan menangung biaya pengobatan sampai dirinya sembuh “Saat di rumah sakit rombongan Wakil Gubernur menjanjikan akan menanggung biaya pengobatan saya sampai sembuh, tapi setelah pulang dari Rumah Sakit Umum tidak ada yang melihat kondisi saya” ungkapnya.

Tidak hanya wakil Gubernur yang menjanjikan menanggung biaya pengobatan Purwaningsih, Bupati Sidorjo yang saat itu dijabat Win Hendarso dan wakilnya, Saiful Ilah juga menjanjikan hal yang sama. “Saya berharap wakit Gurbernur dan Bupati Sidoarjo, memenuhi janji – janjinya untuk membiyai pengobatan saya sampai sembuh, apalagi sekarang kami tidak punya biaya lagi, barang – banrang saya sudah habis terjual untuk biaya berobat” ugkap Purwaningsih.

Demikian pula Devi, anak Purwaningsih juga masih berharap, pemerintah yang pernah menjanjikan biaya pengobatan dirinya dan ibunya benar-benar memenuhi janji –  janjinya, dan rencanaya dirinya akan mendatangi Bupati Sidoarjo, untuk meminta bantuan atas biaya pengobatan ibunya “Papa saya pernah ke Bupati tapi tidak ketemu dengan Bupati. Saya berharap Pak Bupati mau melihat kondisi Ibu saya yang membutuhkan biaya besar untuk berobat, karena Pak Bupati dulu pernah berjanji menanggung biaya pengobatan ibu saya, “ Ungkap Devi. (vik)

(c) Kanal Newsroom


Translate »