Rel Dekat Lumpur Lapindo Putus


SIDOARJO – Rel kereta api (KA) di dekat semburan lumpur Lapindo kembali bermasalah. Setelah bulan lalu dua kali terendam banjir, kemarin (4/7) rel di Ketapang, Tanggulangin, putus. Kondisi tersebut memengaruhi perjalanan kereta api.

Beruntung, petugas segera mengetahui sehingga bisa bergegas memperbaiki. Putusnya rel tersebut diketahui petugas saat KA Penataran dari Malang tujuan Surabaya melintas di kawasan dekat tanggul lumpur sekitar pukul 06.15. Ketika itu, saat kereta melintas di Ketapang, petugas penjaga lintasan melihat rel bergerak lebih kencang daripada biasanya.

Fatkhur, salah seorang petugas penjaga lintasan, melakukan pengecekan. Dari situ diketahui bahwa ada rel yang putus sekitar 2 centimeter di Km 32.230. “Dari situ saya laporkan ke Stasiun Tanggulangin,” katanya.

Pihak Stasiun Tanggulangin lalu menghubungi bagian teknis Daops VIII Surabaya. Sekitar 45 menit kemudian, petugas datang dan langsung memperbaikinya dengan memasang bantalan besi baru untuk menahan rel yang putus. Perbaikan tak lebih dari 15 menit sehingga tidak sampai mengganggu perjalanan banyak kereta.

Meski begitu, akibat putusnya rel tersebut, perjalanan beberapa kereta tersendat karena harus mengurangi kecepatan. Kereta yang melintas harus dipandu petugas dengan kecepatan hanya 5 km/jam. Padahal, biasanya kecepatannya 40 km/jam. Selain KA Penataran, perjalanan kereta pengangkut BBM dari Malang dan KA Logawa dari Jember ikut tersendat.

“Namun, setelah perbaikan selesai, perjalanan kembali normal seperti biasa,” sebut Fatkhur. Belum diketahui pasti penyebab putusnya rel tersebut. Namun, area dekat semburan lumpur selama ini rawan patahan tanah alias subsidence. Patahan tanah tersebut terjadi karena keluarnya material lumpur jutaan meter kubik dari dalam perut bumi.

Tapi, apa pun penyebabnya, sepertinya PT KAI, terutama Daops VIII, harus memikirkan alternatif terkait rel di dekat tanggul lumpur. Sebab, potensi kerawanan akan terus terjadi. Bulan lalu saja rel dua kali terendam banjir. Yang pertama terjadi pada 6 Juni dan yang kedua pada 17 Juni. Saat itu, yang terendam sekitar 500 meter dan airnya baru surut dalam waktu sehari. (fim/c6/nw)

© jpnn.com | 5 Juli 2013

 

Translate »