Wisata Pulau Lumpur Lapindo Sepi Peminat


TEMPO.CO, Sidoarjo–Wisata pulau lumpur Lapindo di muara Sungai Porong, Desa Kedung Pandan, Kecamatan Jabon, Sidoarjo sepi peminatnya. Lasmono, seorang warga desa setempat, mengatakan pengunjung Pulau Sarinah yang terbuat dari endapan lumpur Lapindo itu, tidak begitu banyak. Padahal daerah ini digadang-gadang Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menjadi wahana wisata bahari. Sejak resmi berdiri tahun 2011, Lasmono mengakui area wisata itu kurang begitu diminati. “Pengunjung sepi, meski hari Minggu enggak banyak yang ke Pulau Sarinah,” kata dia saat ditemui Tempo di area dermaga Tlocor, Selasa 27 Agustus 2013.

Pulau ini terbentuk dari hasil sedimentasi luapan lumpur Lapindo, yang terletak sekitar 20 kilometer dari Kota Sidoarjo. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menjadikan salah satu daerah tujuan wisata. Lapindo Brantas ingin membuktikan bahwa lumpur Lapindo aman dan tidak berakibat buruk terhadap ekosistem lingkungan. Lasmono mengingat, pembangunan Pulau Tanjung Lumpur alias Pulau Sarinah itu membutuhkan waktu dua tahun, sejak 2008-2010. Sejak semburan lumpur, banyak endapan lumpur Lapindo di sekitar muara sungai Porong.

Lapindo lantas membangun jumbo bag yang dilapisi paving dan direkatkan dengan anyaman kawat. Bentuknya memanjang sebagai tanggul penahan pulau lumpur agar tidak tergerus air. Setelah tanggul penahan rampung, endapan lumpur lapindo lantas disedot ke dalam kolam yang sudah ditanggul. Pulau Sarinah memiliki luas sekitar 2 hektare. Karena didominasi tanah lumpur dan air asin, hanya pohon bakau yang mampu hidup di pulau itu. “Menggunakan mesin kapal keruk, endapan lumpur disedot. Jadi terbentuk pulau lumpur ini,” Lasmono mengatakan.

Pantauan Tempo, tidak ada infrastruktur layaknya tempat pariwisata bahari. Hanya berdiri tugu warna merah berbentuk pohon bakau di area dermaga Tlocor. Dermaga justru diramaikan oleh hilir mudik truk pengangkut pasir dan buruh pasir. Berdiri juga dua warung, tapi hanya satu yang nampak melayani pembeli. Pembelinya pun didominasi penduduk sekitar dan para pekerja pasir. Dari dermaga ke Pulau Sarinah dan sebaliknya, setiap orang dikenai retribusi Rp 10 ribu. Bila borongan, satu perahu bertarif Rp 150-200 ribu.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo, Pramu Sigit, mengakui wahana wisata Pulau Sarinah kurang diminati pelancong. Dalihnya, wisata Pulau Sarinah belum tergarap serius. Selain Pulau Sarinah, tidak ada lagi media penunjang rekreasi di pulau tersebut. Pemkab Sidoarjo, kata Pramu, sudah berusaha mengundang investor agar berinvestasi di pesisir Tlocor. Ia melihat, sebetulnya daerah itu menyimpan potensi wisata karena keberadaan dua pulau, yakni Sarinah dan Pulau Dem. “Tapi sampai sekarang belum ada realisasi. Aksesnya memang jauh,” kata dia.

© DIANANTA P. SUMEDI

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/08/28/058508032/Wisata-Pulau-Lumpur-Lapindo-Sepi-Peminat

Translate »