Category: Lapindo di Media

  • PT Lapindo dan Warga Belum Capai Titik Temu

    Oleh Laksana Agung Saputra

    Sidoarjo, Kompas – Semburan lumpur dari rekahan tanah rawa di samping sumur pengeboran gas PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, semakin meluas. Hingga Selasa (30/5) sore, lumpur berbau belerang itu menggenangi sawah warga dan rawa seluas sekitar 2 hektar.

    Berdasarkan pantauan, meski volumenya menurun, lumpur berwarna hitam keabu-abuan itu masih keluar dari rekahan tanah di tengah rawa. Bila pada dua hari sebelumnya semburan lumpur kadang-kadang bisa mencapai sekitar 3 meter, kemarin semburannya hanya setinggi 0,5 meter.

    Akibat lumpur yang terus menyembur sejak Senin (29/5) pagi, seluruh permukaan rawa dan sebagian sawah warga Desa Siring tertutup lumpur. Bahkan, ikan dan bekicot di lokasi rawa mati mengambang. Baunya yang seperti amoniak masih tercium hingga radius 500 meter.

    Pencemaran ini sangat meresahkan warga sekitar, khususnya Desa Siring. Walaupun sejauh ini belum ada penelitian mengenai dampak pencemaran tersebut, warga khawatir hal tersebut akan berdampak buruk terhadap kesehatan mereka. Adapun lumpur yang mencemari sawah diprediksi akan merusak tanaman dan struktur tanah.

    External Relations Coordinator PT Lapindo Brantas Arief Setyo Widodo mengatakan, pihaknya akan membuat tanggul di sekitar rawa. Tujuannya untuk mencegah lumpur meluas ke areal sawah warga.

    Menurut Syahdun, mekanik pengeboran PT Tiga Musim Mas Jaya, semburan gas itu disebabkan pecahnya formasi sumur pengeboran. Hal itu terjadi sekitar pukul 04.30 setelah bor macet saat akan diangkat ke atas untuk mengganti rangkaian.

    Akibat gas tidak bisa keluar ke atas melalui saluran fire pit dalam rangkain pipa bor, lanjut Syahdun, gas menekan ke samping dan akhirnya keluar ke permukaan melalui rawa.

    Sementara itu, pada Senin malam, PT Lapindo Brantas dan warga Desa Siring mengadakan pertemuan. Salah satu agenda yang dibicarakan adalah soal kompensasi untuk warga Desa Siring. Desa tersebut merupakan desa terdekat dari lokasi semburan. Jaraknya sekitar 150 meter.

    Akan tetapi, belum ada titik temu pada pertemuan tersebut. Menurut Arief Setyo Widodo, warga menghendaki uang kompensasi Rp 500.000 per keluarga. Namun, PT Lapindo menawarkan paket sembako senilai Rp 50.000.

    “Pembicaraan tentang kompensasi akan diteruskan setelah semburan gas dan lumpur tertangani. Saat ini kami fokus menghentikan gas dan lumpur dulu,” ujar Arief.

    Kepala Sub Dinas Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sidoarjo Yohanes Siswojo menyatakan, ada kemungkinan air, udara, dan tanah tercemar. Namun, kepastiannya harus menunggu uji laboratorium.

    Kemarin, sekitar pukul 11.00, tim Health Safety dan Environment PT Lapindo Brantas mengambil sampel lumpur. Sampel itu dimasukkan dalam jeriken dengan kapasitas sekitar 5 liter. Setelah itu Laboratoium Forensik Kepolisian Daerah Jatim juga mengambil sampel.

    Sumber: Harian Kompas, 31 Mei 2006.

  • Sumur Gas Bocor, Penduduk Diungsikan

    Sidoarjo, Kompas – Sumur pengeboran milik PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/5) kemarin bocor. Gas dari sumur tersebut keluar ke permukaan tanah melalui rawa yang ada di sampingnya.

    PT Lapindo Brantas adalah perusahaan eksplorasi dan eksploitasi gas alam yang merupakan kontraktor kontrak kerja sama dengan pemerintah pusat. Produk akhirnya adalah gas hidrokarbon yang didistribusikan Perusahaan Gas Negara.

    Berdasarkan pemantauan, gas berwarna putih itu terembus sampai ke kawasan permukiman warga Desa Siring, Kecamatan Porong, yang berjarak sekitar 150 meter dari rawa tersebut. Bau menyengat seperti amoniak tercium hingga radius 500 meter dari lokasi.

    Menurut keterangan warga Desa Siring, gas menyembul dari rawa sekitar pukul 06.00. Selanjutnya volume gas tersebut berangsur-angsur membesar.

    Dua warga kemarin ditemukan sesak napas. Hal itu diperkirakan akibat menghirup gas tersebut. Setelah dibawa ke Puskesmas Porong, Senin sore kondisi kesehatan keduanya sudah pulih.

    Mengkhawatirkan

    Meski tidak sampai mengakibatkan warga keracunan, bocornya gas tersebut cukup mengkhawatirkan. Kemarin anak-anak yang tinggal di sekitar sumur gas yang bocor itu terpaksa diungsikan. Sementara itu, siswa SD Negeri Siring I dan II—yang lokasinya sekitar 350 meter dari rawa—dipulangkan lebih awal. “Murid-murid diliburkan dua hari,” kata Kepala SD Negeri Siring I Nur Rahayu.

    PT Lapindo Brantas untuk sementara waktu juga meliburkan pekerja pengeboran. Pasalnya, menurut External Relations Coordinator PT Lapindo Brantas Arief Setyo Widodo, perusahaan sedang fokus menghentikan kebocoran gas tersebut.

    Relations and Security Manager PT Lapindo Brantas Budi Susanto menyatakan, ditemukan kandungan 3 part per million (ppm) hidrogen sulfida pada semburan gas itu. “Namun, hidrogen sulfida sudah terurai dalam radius 50 meter sehingga tidak akan sampai ke permukiman warga,” katanya. Hidrogen sulfida merupakan gas beracun yang bisa membahayakan kesehatan.

    Untuk menghentikan semburan gas itu, kata Budi lagi, tim perusahaan tengah menginjeksi lumpur berat ke dalam sumur.

    Secara terpisah, Syahdun, mekanik pengeboran PT Tiga Musim Mas Jaya, menyatakan, semburan gas disebabkan pecahnya formasi sumur pengeboran. PT Tiga Musim Mas Jaya adalah perusahaan subkontrak untuk pengeboran. “Diperkirakan dinding sumur bagian dalam runtuh,” kata Syahdun. Adapun kedalaman sumur terakhir adalah 9.297 kaki. (LAS)

    Sumber: Harian Kompas, 30 Mei 2006.