Tag: semburan lumpur

  • Warga Resah Muncul Puluhan Titik Semburan Lumpur dan Gas

    Warga Resah Muncul Puluhan Titik Semburan Lumpur dan Gas

    Indramayu, Repulika.co.id — Warga Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu digegerkan dengan munculnya semburan lumpur berbau gas di sekitar pemukiman mereka. Mereka khawatir peristiwa itu akan meluas seperti semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jatim.

    Berdasarkan pantauan, ketinggian semburan material lumpur dan pasir yang mengeluarkan bau gas itu bervariasi antara 50-150 cm. Bahkan, ada pula semburan yang memiliki ketinggian sekitar tiga sampai lima meter.

    Lurah Desa Sukaperna Kecamatan Tukdana, Daski (33 tahun) menjelaskan jumlah titik semburan saat ini berjumlah 24 titik. Lokasinya terletak di pemukiman warga blok Cilumbu Desa Sukaperna, yakni di RT 12 dan RT 11.

    “Warga jelas takut kejadian ini akan sama seperti lumpur Lapindo,” tutur Daski, Rabu (10/6).

    Selain mengancam warga, lanjut Daski, semburan itu juga dikhawatirkan akan berdampak buruk pada areal pertanian milik warga. Dari total areal seluas 275 hektare sawah, ada 50 hektare di antaranya yang lokasinya dekat dengan titik semburan.

    Salah satu titik semburan itu terjadi di bekas sumur bor di rumah milik seorang warga, Abdul Rojak. Di tempat tersebut, semburan lumpur terjadi sejak dua hari terakhir.

    ”Warga khawatir semburan akan meluas seperti bencana lumpur Lapindo,” tutur seorang warga setempat, Yeyet. Dia merupakan tetangga Abdul Rojak.

    Lilis Sri Handayani

    Sumber: http://republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/06/10/npq45m-warga-resah-muncul-puluhan-titik-semburan-lumpur-dan-gas

  • Pasca Kelud, Semburan Lapindo Menguat

    Pasca Kelud, Semburan Lapindo Menguat

    Metrotvnews.com, Sidoarjo: Semburan lumpur Lapindo di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menguat. Aliran lumpur panas terlihat mengalir deras di celah-celah kolam penampungan, Kamis (20/2). 

    Belum ada kajian ahli geologi apakah menguatnya semburan lumpur ini ada kaitannya dengan letusan Gunung Kelud.

    Menguatnya semburan lumpur Lapindo ini terlihat dari pusat semburan pada Kamis pagi. Aliran lumpur panas mengalir deras melewati celah-celah kolam penampungan lumpur. Panasnya suhu aliran lumpur terlihat dari asap putih yang mengepul mengikuti arah aliran lumpur.

    Lumpur panas yang keluar dari pusat semburan ini mengalir deras dan menggerus kolam penampungan lumpur.

    Belum diketahui apakah menguatnya semburan lumpur Lapindo ini ada kaitannya dengan meletusnya Gunung Kelud. Menurut Kepala Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Dwinanto, saat ini belum ada kajian ahli geologi yang mengaitkan menguatnya semburan dengan letusan Gunung Kelud.

    Dwinanto menjelaskan, semburan lumpur Lapindo saat ini masih fluktuatif yaitu terkadang menguat dan kemudian melemah lagi.

    “Volume lumpur yang keluar dari perut bumi rata-rata masih mencapai 20 ribu hingga 30 ribu meter kubik per hari,” kata Dwinanto.

    Guna menangani semburan lumpur Lapindo ini, BPLS mengerahkan enam kapal keruk untuk mengalirkan lumpur ke Kali Porong. Empat kapal keruk dioperasikan di titik 25 dan dua unit lagi dioperasikan di titik 42.

    BPLS juga mengoperasikan escavator ponton untuk mengaduk lumpur di kolam penampungan. Lumpur yang sudah diaduk tersebut kemudian disedot kapal keruk untuk dialirkan ke Kali Porong. (Heri S)

    Sumber: http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2014/02/20/6/217428/Pasca-Kelud-Semburan-Lapindo-Menguat

  • Pusat Semburan Lumpur Lapindo Alami Limpasan

    REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO — Pusat semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur mengalami limpasan lumpur ke arah selatan. Limpasan diduga disebabkan oleh buntunya saluran yang ada di pusat semburan.

    Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, Dwinanto, di Sidoarjo, Kamis mengatakan dugaan sementara limpasan yang terjadi itu akibat buntunya saluran yang ada di dalam pusat semburan sehingga terjadi limpasan lumpur.

    “Sejak pagi hingga sore hari, kami melakukan pemantauan dan memang terjadi limpasan dari dalam pusat semburan ke arah selatan,” katanya.

    Ia mengemukakan kondisi tersebut tidak perlu begitu dirisaukan karena kondisinya masih bisa diatasi dan langsung ditangani oleh petugas.

    “Kami langsung mengerahkan kapal keruk untuk mengurai limpasan tersebut ke dalam kolam penampungan yang sudah ada saat ini,” katanya.

    Ia mengatakan beruntung limpasan semburan tersebut mengarah ke arah selatan dari pusat semburan sehingga masih aman dan belum berbahaya.

    “Beruntung arahnya ke selatan dan masih belum berbahaya. Mungkin ceritanya akan berbeda kalau limpasan tersebut mengarah ke barat yang berbatasan langsung dengan rel kereta api dan juga Jalan Raya Porong,” katanya.

    Pihaknya saat ini juga terus melakukan pengaliran lumpur ke Kali Porong untuk mengurangi beban di dalam kolam penampungan.

    “Pengaliran lumpur dari dalam kolam penampungan menuju ke Kali Porong sampai saat ini masih terus kami lakukan untuk mengurangi beban di dalam kolam,” katanya.

    Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/14/02/21/n1b1lw-pusat-semburan-lumpur-lapindo-alami-limpasan

  • Maut di Mulut Sumur

    Semburan lumpur dan gas di tambang-tambang minyak dan gas acap terjadi. Biasanya terjadi karena operator teledor.

    MALAM di Gaoqiao biasanya larut dalam kesenyapan ala pedesaan Cina. Ada suara jangkrik dan angin dingin. Tapi, tidak malam itu. Sebuah ledakan keras merobek langit Gaoqiao. Suaranya berdebum. Ribuan orang yang meringkuk di balik selimut terkesiap. Sebagian warga mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Belum lagi mata terbuka sempurna, hawa panas dan bau busuk merayap ke rumah-rumah penduduk.

    Sebagian warga berhamburan meninggalkan rumah. Namun, banyak juga yang bertahan di rumah sembari menutup rapat-rapat jendela, pintu, dan lubang angin: pilihan yang keliru, sebab dengan begitu makin banyak racun yang terhirup ke paru-paru. Dalam hitungan menit, ribuan orang pun menggelepar.

    Rumah sakit-rumah sakit Kai panik. Mereka kebanjiran 243 mayat dan ribuan orang yang keracunan gas hidrogen sulfida serta sebagian kulitnya melepuh. Mereka datang dari 28 desa di Kai. Sekitar 41 ribu orang lainnya diungsikan menjauhi Gaoqiao. Esok harinya, pemerintah Cina mengumumkan ledakan 23 Desember 2003 itu terjadi karena semburan gas liar di tambang gas Chuangdongbei, Gaoqiao. Tambang itu dikelola Sichuan Petroleum Administration, milik China National Petroleum Corporation.

    Kejadian itu mirip dengan semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Bedanya, di Gaoqiao hanya gas yang muncrat dari mulut sumur. Tak ada lumpur. Walau begitu, gas-gas yang baunya seperti kentut itu mencopot ratusan nyawa.

    Tragedi itu membuat miris pemerintah Cina. Mereka langsung mengirim tim pengendali bencana ke desa yang bersuhu rata-rata 0 sampai 4 derajat Celsius itu. Langkah pertama, tim itu adalah membakar gas, agar tak menyebar. Setelah itu, tim menyuntikkan 260 ton lumpur dan semen untuk menutup sumur.

    “Ini salah operator,” kata San Huashan, Deputi Direktur Keselamatan Kerja dan Administrasi Negara Cina seperti dikutip kantor berita Xinhua. “Mereka tidak mempersiapkan perangkat untuk menangani gas sulfur bertekanan tinggi.” Kesalahan itu, tutur San, bermula dari kesalahan operator memperkirakan kapasitas produksi dan kandungan gas di sumur.

    Tim pengendali juga menemukan sederet dosa operator lainnya, antara lain mereka tidak membakar gas yang keluar dan ada katup pengendali tekanan yang sengaja dilepaskan. Akibat keteledoran itu adalah sebuah semburan pembunuh yang dikenang sejarah. Sembilan bulan kemudian, pengadilan memvonis enam karyawan Sichuan Petroleum dengan hukuman penjara tiga sampai enam tahun.

    Bisnis tambang memang tak steril dari kecelakaan semburan lumpur dan gas. Di Indonesia kecelakaan seperti di Gaoqiao itu pernah terjadi di sumur Randublatung-A di Desa Sumber, Blora, Jawa Tengah, pada 2 Februari 2002. Semburan gas busuk itu membuat 4.400 penduduk mual dan pusing. Kepolisian Blora mencatat, sekitar 300 warga dirawat jalan dan dua orang lainnya dirawat inap di Rumah Sakit Cepu karena batuk dan sesak napas.

    Sumur Pertamina yang berjarak 100 meter dari pemukiman penduduk itu ditaksir memiliki 6 juta barel cadangan hidrokarbon. Gas yang menyelimuti Desa Sumber itu mengandung etana, propana, butana, pentana, karbondioksida, dan hidrogen sulfida. Untuk menyumpal kebocoran, kata Kepala Operasi Pemadaman R. Sujatmo, Pertamina menyemprotkan lumpur berat ke sumur. Perusahaan tambang pelat merah itu juga mengalirkan beribu-ribu liter air lewat pipa sepanjang 2,3 kilometer.

    Konsultan Geologi dan Perminyakan Untung Sumartoto mengungkapkan, semburan gas liar yang disertai keluarnya air dan tanah seperti di sumur Banjar Panji-1, Porong, jarang terjadi. “Biasanya gas atau minyak saja,” kata Untung.

    Albert Tilaar, konsultan yang pernah bekerja di perusahaan tambang asing, bercerita, kejadian di Porong itu pernah terjadi di Riau. “Lumpur menyembur hingga membentuk menjadi bukit,” ujarnya. Di tempat lain, kebocoran itu mengisap benda-benda yang ada di muka bumi. “Ada traktor beserta sopirnya terisap ke dalam bumi.” Namun, musibah itu selesai setelah operator menginjeksi lumpur dan semen.

    Efri Ritonga, Sohirin, L.R. Baskoro

    Sumber: No. 18/XXXV/26 Juni-02 Juli 2006

  • Menghirup Gas, 138 Warga Dirawat

    Semburan Lumpur Panas Semakin Meluas

    Sidoarjo, Kompas – Semburan lumpur panas dan gas alam di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, hingga Senin (5/6) atau hari kedelapan masih terus berlangsung dan bahkan area cakupannya semakin meluas. Sementara itu, 138 warga yang menghirup gas dibawa ke rumah sakit karena sesak napas.

    Gas putih yang baunya menyengat mirip amonia itu menyebabkan sejumlah warga pusing, sesak napas, dan tenggorokan terasa panas. Perumahan warga sekitar 150 meter dari titik semburan gas. Warga yang kesulitan bernapas dan mual-mual dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Pusat Pendidikan (Pusdik) Tugas Umum (Gasum) Porong yang dirujuk PT Lapindo Brantas—perusahaan penambang minyak dan gas di lokasi tersebut.

    Berdasarkan catatan Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Gasum, sebagian besar pasien adalah perempuan dan anak-anak. Hasil diagnosa menyebutkan, pasien rata-rata sakit pernapasan. Sebanyak 10 orang di antaranya rawat inap, sedangkan lainnya rawat jalan. Biaya perawatan ditanggung PT Lapindo Brantas.

    Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Gasum Komisaris Pancama Putra Hadi Wahyana mengatakan, “Ambulans kami siap 24 jam di permukiman warga.”

    Terus menyembur

    Kemarin lumpur panas dengan suhu sekitar 60 derajat Celsius dan gas terus menyembur. Intensitas dan volumenya pada siang hingga sore hari meningkat dengan tinggi sekitar 10 meter.

    Dari hamparan sawah Desa Siring sekitar 12 hektar, 95 persen di antaranya dibanjiri lumpur. Sisanya diperkirakan tak lama lagi akan terendam lumpur. Senin sore lumpur panas yang ditahan tanggul darurat tumpukan pasir sudah di atas permukaan Jalan Tol Surabaya-Gempol.

    Ditemui di lapangan, General Manager PT Lapindo Brantas Imam Agustino menyatakan volume semburan lumpur mencapai 5.000 meter kubik per hari. Imam mengatakan telah menurunkan tim mengkaji penanganan lumpur. Tim ini merupakan tim gabungan empat disiplin ilmu, yakni geoteknik, geohidrologi, teknik sipil, dan teknik lingkungan.

    Dr Adi Susilo, Kepala Laboratorium Geosains Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pasti Alam (MIPA) Universitas Brawijaya, mengatakan, muncratnya (blow out) lumpur hidrokarbon pada sumur minyak Banjar Panji, Kabupaten Sidoarjo, yang dikelola PT Lapindo Brantas diduga karena faktor ketidakberuntungan.

    Pada saat penggalian, lubang galian yang belum sempat disumbat dengan cairan beton sebagai casing keburu menganga karena gempa bumi di Yogyakarta. Akibatnya terjadinya rekahan pada galian sehingga lumpur hidrokarbon muncrat.

    “Prosedurnya memang lubang galian pada bagian atas langsung ditutup beton. Namun, penutupan baru bisa dilakukan jika seluruh pekerjaan pengeboran selesai dan minyak mentahnya telah ditemukan,” katanya.

    Munculnya semburan lumpur di rumah warga, menurut Adi, merupakan gejala adanya rekahan tanah tidak hanya pada lokasi pengeboran, melainkan juga antara lokasi pengeboran dan rumah warga.

    “Jalan keluarnya memang Lapindo harus mengerahkan tenaga ahli yang lebih mampu, dan sangat mungkin hal itu harus didatangkan dari luar negeri, untuk menutup lokasi muncratan sumur. Tentang kerugian warga, mestinya itu ditutup dengan biaya asuransi yang sudah dibayar Lapindo,” ungkapnya. (LAS/ODY)

    Sumber: Harian Kompas, 6 Juni 2006.