Tanggul Lumpur Lapindo Jebol, Warga Evakuasi Mandiri


Tanggul penahan lumpur Lapindo sisi Gempolsari itu ambrol sekitar pukul 16.30 WIB. “Jebolnya tanggul ini disebabkan struktur tanah tidak bagus, sangat lembek. Akhirnya terjadi penurunan tanah sampai lima sentimeter dan tanggul jebol sekitar 100 meter,” kata Sumitro saat mengerahkan alat berat untuk menutup tanggul.

Sebenarnya, sehari sebelumnya, tanggul di sekitar titik 79-80  sudah terjadi penurunan tanah sebanyak tiga kali. Pihak pengawas lapangan mengatakan sudah melaporkan kondisi tersebut ke Badan Penangulangan Lumpur Sidaorjo (BPLS). “Kita sudah laporkan itu ke BPLS. Dan karena volume air di dalam pond tekanannya sangat kuat, tanggul tidak bisa menahan, jadi langsung jebol,” imbuh Sumitro.

Dengan kondisi tanggul yang jebol mencapai 100 meter itu, Sumitro memperkirakan butuh waktu sekitar satu minggu untuk menutupnya. “Kemungkinan butuh waktu satu minggu untuk mengembalikan tanggul yang jebol dalam kondisi aman, karena medan untuk pengangkut sirtu sangat berat. Apalagi kondisi medan di tanggul Ketapang kondisinya sangat lembek,” ungkapnya. Tanggul sisi Ketapang merupakan jalur yang harus dilewati truk pengangkut sirtu ke arah tanggul sisi Gempolsari yang jebol itu.

Tidak Ada Informasi

Begitu tanggul jebol, air di dalam kolam lumpur langsung mengalir deras menerjang pesawahan dan rumah warga. Wilayah yang terkena mencakup Dusun Pologunting, Desa Gelagaharum dan Desa Sentul. Warga langsung panik. Mereka spontan mengevakuasi perabotan mereka. Upaya pengungsian mereka lakukan secara mandiri.

Bambang, warga Dusun Pologunting RT 14/13 Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin, langsung mengevakuasi perabot rumahnya saat air mengalir di halaman rumahnya. Bambang mengatakan tidak ada informasi apapun dari pihak terkait jika sebelumnya tanggul sudah dalam kondisi kritis. “Saya tidak tahu sama sekali tanggul dalam kondisi kritis. Tahu-tahu langsung jebol,” katanya saat sibuk mengungsikan perabotan rumahnya ke truk. “Kami rencananya akan mengungsikan dulu ke rumah saudara saya di Candi,” lanjutnya.

Hal senada juga ungkapkan Abdul Karim, tokoh masyarat Dusun Pologunting. Ia juga tidak tahu sama sekali soal kondisi tanggul. Bahkan pihak BPLS tidak pernah mensosialisasikan seperti apa rawannya kondisi tanggul. “Saya kira kondisi tanggul aman-aman saja. Lha kok langsung jebol. Lah wong tidak ada informasi kondisi tanggul kritis. Akhirnya warga saya sarankan untuk menyelamatkan perabotannya ke tempat yang aman dulu,” ujarnya.

Tidak hanya rumah dan pesawahan warga yang teraliri air bercampur lumpur. Jalan arteri yang sedang diadakan pelebaran juga tidak luput dari terjangan.

Masih Cemas

Pada Jum’at (24/12/2010), warga masih terlihat mengevakuasi barang-barangnya, meskipun tanggul yang jebol sudah berhasil ditutup. Warga tidak mau ambil resiko jika nanti tanggul jebol lagi.

”Saya ungsikan dulu barang-barang yang berat ke rumah saudara saya di Tulangan. Kalau nanti jebol lagi biar tidak keropotan,” kata Nur Yasik, warga Desa Gempolsari RT 12 / RW 01. Wajar saja warga masih khawatir dengan kondisi tanggul sewaktu-waktu bisa jebol lagi. Tidak adanya informasi dari pihak terkait soal kondisi tanggul mengakibatkan sampai sekarang warga masih dihantui kecemasan.

Nur Yasik juga menyayangkan kurangnya sosialisasi dari pihak BPLS soal kondisi tanggul. Padahal rumahnya hanya beberapa meter dari tanggul yang jebol. “Kami sangat menyayangkan tidak adanya sosialisasi dari BPLS. Bahkan sampai sekarang pun saya tidak tahu dengan kondisi tanggul apakah sudah aman atau belum,” katanya dengan nada kesal.

“Seharusnya kan ada informasi kalau tanggul dalam kondisi kritis atau tidak. Jadi kalau jebol gini kami tidak kebingungan. Lah ini tidak ada informasi sama sekali, tiba-tiba jebol,” lanjutnya. Nur Yasik berharap ada informasi yang jelas soal kondisi tanggul, jika tanggul sewaktu-waktu jebol lagi warga bisa bersiap-siap mengevakuasi.

Tidak sedikit warga mengambil lagi barang-barang mereka yang sudah terlanjur diungsikan ke kantor kelurahan. Mereka mengeluarkan uang sendiri untuk mengevakuasi prabotanya. “Barang kami kemarin (23/12/2010) saya ungsikan ke balai desa, sekarang saya ambil lagi. Lah wong di sana tidak ada yang jaga,” ujar Anamu, warga Dusun Pologunting RT 16/ RW 04. “Kemarin sudah habis Rp 300 ribu untuk mengungsikan barang-barang saya. Sekarang barang-barang saya saya ambil pakai becak. Uang saya sudah habis,“ tambahnya. (vik)

(c) Kanal Newsroom


One response to “Tanggul Lumpur Lapindo Jebol, Warga Evakuasi Mandiri”

Translate »