KOMPAS – Geolog Dunia Yakin Lumpur Tak Dipicu Gempa Lapindo di Media October 31, 2008January 19, 20150 ”Pemungutan suara diambil setelah empat presentasi dan tanya jawab hingga dua setengah jam,” kata ahli pengeboran minyak anggota Drilling Engineers Club (DEC) Susila Lusiaga kepada wartawan di Jakarta, Kamis (30/10). Kamis pagi, ia dan ahli perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) Rudi Rubiandini baru tiba dari Cape Town. Sejauh ini, hasil pemungutan suara itu menjadi dukungan terbesar bahwa semburan lumpur tak terkait gempa. Sebaliknya, terkait pengeboran sumur Banjarpanji- 1 (BP-1). Sebelumnya, secara individu dan dalam kelompok-kelompok kecil, para geolog dan ahli pengeboran menyatakan pengeboranlah pemicu utama, yang dibantah geolog-geolog lain. Dua kubu pun tercipta. Atas dasar hasil pemungutan suara itu pula, Gerakan Menutup Lumpur Lapindo (GMLL) meminta pemerintah serius menanggapinya. Bahkan, pemerintah didesak menjadikan hasil diskusi itu sebagai salah satu bukti penguat kasus gugatan hukum terhadap Lapindo Brantas Inc. ”Sikap (pemungutan suara) itu jelas dari para pihak independen yang meyakinkan dan dapat dipercaya. Itu layak dipertimbangkan,” kata Taufik Basari dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Masyarakat, salah satu anggota GMLL. Berdasarkan hasil pertemuan di Cape Town, GMLL akan menyurati Presiden. Intinya, meminta agar penanganan hukum dan sosial diperbaiki. ”Surat akan segera kami kirim dalam waktu dekat,” kata salah satu deklarator GMLL Letjen Mar (Purn) Soeharto. Dihubungi di Cape Town, geolog yang juga Senior Vice President PT Energi Mega Persada Bambang Istadi mengatakan, pemungutan suara tidak mewakili pendapat geolog seluruh dunia. Lama presentasi dan diskusi juga terbatas. ”Namun, kesempatan itu membuka peluang menentukan kerja sama menentukan kejadian sebenarnya,” kata dia. Ia dan Nurrochmat Sawolo, Senior Drilling Adviser PT Energi Mega Persada, memaparkan fakta dan data seputar pengeboran sumur BP-1 dalam sesi diskusi tersebut. Rencananya, lanjut Bambang, Lapindo akan mengadakan forum diskusi tertutup, termasuk mengundang geolog Inggris Richard Davies, yang menyatakan pengeboran sebagai pemicu semburan, untuk membaca dan menganalisa data serta fakta pengeboran. ”Mari saling terbuka, tanpa prasangka. Analisa data dari hasil lapangan,” kata dia. Penderitaan warga Di tengah pembahasan geolog tingkat dunia, London, Inggris, dan Cape Town, Afrika Selatan, puluhan ribu warga korban lumpur masih tinggal dalam kekhawatiran. ”Warga fokus pada tuntutan yang belum juga dipenuhi,” kata pendamping warga, Paring Waluyo. Saat ini, tak sedikit warga yang belum menerima ganti rugi 20 persen. Apalagi sisa 80 persennya. Kelompok warga yang menerima skema pindah tempat tinggal dan kembalian pun, mengeluhkan sistem pengangsuran kembalian. ”Semua skema yang dipilih warga untuk ganti rugi, menyisakan kekecewaan karena pembayaran tersendat dan itu terus bertambah,” kata Paring. Sementara itu, semburan lumpur terus terjadi tanpa solusi lain, selain penanggulangan dan mengalirkan ke sungai yang terkendala. Pihak Lapindo, hingga awal September 2008, mengaku telah mengucurkan dana Rp 4,39 triliun untuk berbagai keperluan. (GSA) http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/31/01082166/geolog.dunia.yakin.lumpur.tak.dipicu.gempa